Manajemen Usaha yang Efisien

Berkunjung ke Jepang ternyata dapat menambah banyak hal, termasuk menambah pengetahuan tentang bagaimana mengelola sebuah usaha kecil, semisal usaha kuliner di foodcourt area.

Di Salah Satu mall di pinggiran kota Tokyo, banyak foodcourt yang menjual aneka makanan yang mirip dengan di Indonesia.

Ada udon, soba, tempura, donburi, hingga cemilan seperti es krim green tea, onigiri, takoyaki dan okonomiyaki. Semua menu tersebut sudah banyak dijual di Indonesia. Namun yang berbeda adalah cara mengelola gerainya, dan bagaimana memberlakukan pelanggannya.

Bagi para pelanggan yang datang, wajib menitipkan barangnya di tempat penitipan barang yang telah disediakan. Di foodcourt tersebut terdapat beberapa meja dan kursi, dengan kapasitas 8 hingga 12 orang.

Pelanggan yang memesan makanan dapat menggunakan vending machine untuk memesannya, hal ini sudah sangat biasa bagi masyarakat Jepang, namun bagi pelancong yang baru pertama kali ke Jepang memesan makanan dengan vending machine, merupakan penaglaman yang cukup menyulitkan.

Uniknya, gerai-gerai makanan dengan banyak beragam produk tersebut hanya dijaga oleh satu orang, biasanya wanita.

Mereka berperan sebagai juru masak, kasir, dan sekaligus bersih-bersih. Di kedai-kedai makanan di sini setiap penagunjung yang datang, setelah makan maka semua peralatan makan harus dikembalikan lagi dan tidak boleh digeletakkan begitu saja di meja. Cara kerja yang sangat efisien.

Cara kerja yang efisien sudah lama dipraktekkan oleh masyarakat Jepang, bukan saja dalam industry tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat Jepang selalu belajar beradaptasi, dan sedapat mungkin secepatnya menyesuaikan diri, begitu pula dengan perilaku usahanya, seperti yang terlihat dengan pengelola kedai di atas.

Praktek pengelolaan usaha yang efektif ternyata dapat meningkatkan efisiensi, mengatasi masalah dan meningkatkan bisnis. Ini yang disadari dan menjadi kekuatan budaya usaha masyarakat Jepang.

Ada hal dasar yang telah menjadi budaya dan dipraktekkan sehari-hari oleh industriawan dan entrepreneur Jepang, yaitu filosofi Kaizen. Kaizen adalah filosofi bisnis Jepang yang berarti perbaikan terus menerus.

Metodologi ini melibatkan semua karyawan dalam mengimplementasi perubahan kecil demi mengurangi kesalahan dan meningkatkan efisiensi. Perusahaan seperti Toyota, Nestle, dan Canon menggunakan kaizen sebagai resep rahasia dalam model bisnis mereka.

Lockheed Martin, perusahaan yang bergerak di bidang pertahanan dan kedirgantaraan Amerika, memasukkan kaizen sebagai salah satu unsur manajemen untuk mengurangi biaya pembuatan produk, penyimpanan, dan waktu pemesanan-pengiriman.

Dalam bisnis, para pebisnis Jepang selalu memikirkan akar masalah mendasar yang memungkinkan usaha beroperasi secara efektif dan efsisien. Mereka lebih pragmatis dengan memperbaiki akar permasalahan dan mencegah kemungkinan kesalahan yang sama berulang-ulang terjadi.

Saat ini para pelaku bisnis UKM di Indonesia terus belajar mencari pola dan model manajemen yang memungkinkan operasional perusahaan dapat dijalankan lebih smart dan efisien. Jika diketemukan, maka bisnis dan pengelolaannya adalah sebuah aktifitas yang menarik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *